POTENSI
PEMANFAATAN PRODUK HASIL IKUTAN PERKEBUNAN SAWIT (BUNGKIL INTI SAWIT, SOLID DAN
PELEPAH SAWIT) SEBAGAI BAHAN PAKAN SAPI BERKUALITAS DI SUMATERA BARAT
Jefrey M. Muis
Propinsi
Sumatera Barat memiliki potensi perkebunan sawit yang cukup besar. Saat ini
luas perkebunan sawit di Sumbar mencapai 345 ribu Ha yang tersebar di Kabupaten
sentra sawit yaitu Pasaman Barat, Dharmasraya, Pesisir Selatan, Agam dan Solok
Selatan. Selain itu daerah Sumatera Barat juga menjadi salah satu daerah
potensial pengembangan Sapi Potong dalam mendukung Program Swasembada Daging
Sapi dan Kerbau (PSDSK) 2014. Berdasarkan hasil sensus 2011 jumlah sapi di
Sumatera Barat tercatat sebanyak 327.009 ekor. Pemerintah Propinsi Sumatera
Barat juga telah mencanangkan Program Satu Petani Satu Sapi (SPSS) dalam rangka
menunjang produktivitas sapi potong mendukung swasembada tahun 2014. Oleh
karena itu diperlukan sumberdaya penunjang dalam rangka menunjang suksesnya
program ini.
Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan
sampai 70% dan faktor genetik hanya sekitar 30%. Diantara faktor lingkungan
tersebut, aspek pakan mempunyai pengaruh paling besar sekitar 60%. Hal ini
menunjukkan bahwa walaupun potensi genetik ternak tinggi, namun apabila
pemberian pakan tidak memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas, maka
produksi yang tinggi tidak akan tercapai (Mathius et
al, 2004). Disamping pengaruhnya
yang besar terhadap produktivitas ternak, faktor pakan juga menentukan
biaya produksi dalam usaha. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-80% dari keseluruhan
biaya produksi. Pakan utama ternak ruminansia adalah hijauan Tanaman Pakan
ternak (TPT) namun hijauan yang diberikan sangat tergantung pada ketersediaan
lahan pakan hijauan. Lahan TPT yang terbatas menyebabkan ketersediaan
hijauan juga yang terbatas. Saat ini harga bahan pakan konsentrat
seperti jagung dan kedelai semakin meningkat, oleh karena itu penggunaan bahan
pakan alternatif patut dipertimbangkan. Apapun bahan pakan yang akan digunakan,
paling tidak harus mempertimbangkan beberapa aspek antara lain ekonomis,
ketersediaan, kontinyuitas dan nutrisi. Dari aspek ekonomis, bahan pakan harus
tersedia dengan mudah dan harga yang relatif murah.
Melihat
potensi perkebunan sawit dengan hasil ikutannya yang cukup melimpah dan dapat
dijadikan pakan ternak di Sumatera Barat maka perlu dipertimbangkan diadakannya
integrasi ternak sapi dengan tanaman sawit sesuai dengan spesifik lokasinya.
Dalam
satu hektar perkebunan sawit biasanya terdapat sebanyak 120-130 batang pohon
sawit. Dalam satu batang pohon sawit itu bisa menghasilkan sekitar 20-25 tandan
pelepah sawit dalam satu tahun. Sementara itu dari hasil pengolahan sawit pada
pabrik pengolahan sawit, dalam satu hertar kebun sawit mampu menghasilkan
Lumpur Sawit (Solid) sebanyak 1.132 kg dan Bungkil Inti Sawit (BIS) sebanyak
514 kg (mathius et al, 2004). Ketiga
jenis hasil ikutan perkebunan sawit yang baisanya tidak termanfaatkan ini bisa
dijadikan sebagai pakan sapi berkualitas tinggi karena kandungan gizinya yang
baik.
HASIL IKUTAN TANAMAN SAWIT
1. Pelepah
Sawit (OPF = Oil Palm Fronds)
Kebun kelapa sawit yang sudah produktif mampu memproduksi limbah dari pelepah
sawit dalam 1 ha mampu menyediakan pelepah sawit sebanyak 6 – 7 ton/tahun Jadi
bila luas lahan sawit 345.000 ha mampu menyediakan pakan ternak sapi kurang
lebih sebanyak 1.000.000 ekor.
Pada setiap panen tandan sawit harus membuang pelepah sawitnya, dalam 1
bulan umumnya 2 kali panen, otomatis setiap bulan 1 (satu) batang sawit akan
membuang pelepah sawit sebanyak 2 (dua) kali. Produksi pelepah sawit (Fachri,
2006) :
·
Produksi Bahan Kering (BK) = 10,4 ton/ha/tahun.
·
Kebutuhan BK ternak dengan bobot 200 kg = 3 % x 300 kg = 9 kg.
·
Kebutuhan BK selama 1 tahun = 9 kg x 365 hari = 3,285 ton.
·
Jadi tiap ha lahan sawit dapat menjamin kebutuhan sebanyak 10,4 ton : 3,285
ton = 3 Satuan Ternak/tahun
·
Jika hanya boleh diberikan 50 % dari suplai HMT, maka dapat memenuhi
kebutuhan 6 ST/ha/tahun.
Pelepah Sawit (OPF) dapat menggantikan fungsi rumput
sebagai hijauan karena kandungan gizi yang terdapat pada OPF tidak terlalu jauh
beda dengan rumput, namun untuk tahap
awal pemberian sebaiknya pemberian OPF diberikan 50% dari pakan hijauan dan
akan lebih baik hasilnya jika didampingkan pemberiannya dengan pakan
konsentrat. Dalam hal pemberian OPF dari hasil penelitian sebaiknya OPF dikupas
kulit luarnya dan hanya mengambil isinya yang berwarna putih dari dua pertiga
bagian ujung pelepah ke tandan karena jika tidak dikupas kulit OPF terasa keras
dimakan oleh ternak sapi, namun jika ada mesin chopper yang mampu
menghaluskan ukuran OPF maka hal itu
dapat mempermudah sapi mengkonsumsinya. Perbandingan kandungan nilai gizi OPF
dengan rumput dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Perbandingan kandungan nilai gizi OPF dengan Rumput
(%) (Fakhri, 2006)
No
|
Nutrient
|
OPF
|
Rumput
|
1
|
Bahan Kering (BK)
|
29,81
|
24,4
|
2
|
Abu
|
4,48
|
14,5
|
3
|
Protein Kasar (PK)
|
9,22
|
8,2
|
4
|
Lemak Kasar (LK)
|
3,34
|
1,44
|
5
|
Serat Kasar (SK)
|
31,09
|
31,7
|
6
|
BETN
|
51,87
|
44,2
|
7
|
TDN
|
58,50
|
56,2
|
Keuntungan
pemberian pelepah sawit sebagai
pengganti hijauan rumput antara lain:
·
Ketersediaan
pelepah sawit di daerah perkebunan sawit cukup banyak untuk dijadikan pakan
ternak sapi
·
Peternak
sapi tidak terlalu sulit dalam hal pencarian pelepah sawit dibanding
menyabitkan rumput untuk ternaknya karena pelepah sawit mudah di ambil di kebun
sawit terutama saat panen. Satu tandan pelepah sawit yang dikupas kulitnya bisa mencapai berat 2,2 kg. Sehingga
peternak lebih hemat waktu dan tenaganya.
·
Limbah
perkebunan sawit berupa pelepah sawit yang biasanya terbuang saat panen bisa
termanfaatkan menjadi pakan sapi sehingga areal perkebunan lebih bersih dari
pelepah yang biasanya berserakan.
2. Bungkil inti sawit / BIS (Palm kernel cake)
Bungkil inti
sawit (palm kernel cake) atau BIS merupakan hasil ikutan pada proses pemisahan minyak inti
sawit yang diperoleh secara kimiawi
(ekstraksi) atau dengan proses fisik
(expeller). (BIS) mengandung kadar
protein yang cukup tinggi yaitu sekitar
15,73-17,19% (Chong et al., 1998). Kandungan
nilai gizi BIS dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel
2. Kandungan Gizi Bungkil Inti Sawit (Fapet IPB, 2006)
No.
|
Jenis
analisa
|
Nilai
|
1.
|
Bahan Kering (%)
|
89.28
|
2.
|
Abu (%)
|
4.69
|
3.
|
Protein kasar (%)
|
17.19
|
4.
|
Serat kasar (%)
|
24.22
|
5.
|
Lemak kasar (%)
|
5.69
|
Jika
dibandingkan dengan jenis pakan konsentrat lain, kandungan protein yang
terdapat pada BIS jauh lebih tinggi dibanding Fermentasi Kulit Kakao (9,2%) dan
dedak padi (9,8%). Saat ini di Sumatera
Barat masih terbatas jumlah pabrik pengolah sawit yang mempunyai hasil ikutan
berupa BIS. Ada beberapa pabrik yang menghasilkan BIS tetapi komoditas tersebut
di ekspor keluar negeri sebagai bahan pakan ternak. Untuk memperoleh BIS di
Sumatera Barat saat ini baru tersedia untuk dijual sebagai pakan ternak hanya
di Kota Payakumbuh yang dijual dengan harga Rp. 1.500/kg. Untuk pembelian dalam
jumlah banyak jauh lebih menguntungkan pemakaian BIS ini jika dibanding dengan
pemberian dedak sebagai pakan konsentrat karena harga dedak sekitar Rp.2.000/kg
di beberapa tempat di Sumatera Barat.
Keuntungan
Pemakaian BIS sebagai pakan konsentrat pada ternak sapi antara lain:
·
Kandungan
proteinnya yang mencapai 17% sangat membantu peningkatan produktivitas berat
badan sapi
·
Cenderung
lebih mudah dalam aplikasi pemberian pakan terhadap sapi dan tidak membutuhkan
waktu lama bagi sapi dalam penyesuaian proses mengkonsumsinya.
·
Bernilai
cukup ekonomis, karena jika dibandingkan dengan dedak, harga BIS masih lebih
murah Rp. 500 – 1.000,-/kg
·
Hasil
ikutan pemisahan minyak inti sawit yang berupa (BIS) ini dapat termanfaatkan
sebagai pakan ternak dan tidak menumpuk menjadi limbah di pabrik.
3. Lumpur
Sawit (Solid)
Lumpur Sawit (Solid) merupakan salah satu limbah pengolahan
sawit dari sejumlah pabrik pengolahan sawit. Menurut Hidayat et al., (2007) Solid merupakan sumber daya yang cukup potensial
sebagai pakan ternak, murah, tersedia dalam jumlah besar dan relatif tersedia
sepanjang waktu. Sinurat et
al, (2004) menyatakan bahwa
kandungan protein kasar Solid kering sekitar 9,6 – 14, 52%. Kandungan nilai gizi dari Solid dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel
3. Kandungan Gizi Lumpur Sawit (Solid) (Fapet IPB, 2006)
No.
|
Jenis
analisa
|
Nilai
|
1.
|
Bahan Kering (%)
|
86.2
|
2.
|
Abu (%)
|
3,3
|
3.
|
Protein kasar (%)
|
13.2
|
4.
|
Serat kasar (%)
|
48,6
|
5.
|
Lemak kasar (%)
|
5.8
|
Kandungan
nilai gizi Solid dengan BIS tidak jauh beda. Hampir setiap pabrik pengolah
sawit di Sumatera Barat ini menghasilkan Solid. Pada pabrik pengolah sawit
PT.SBS di Pasaman Barat menghasilkan Solid mencapai 12 ton per hari yang
biasanya terbuang / menumpuk di pembuangan limbah pabrik. Biasanya pabrik
pengolah sawit hanya membuang Solid ini di area perkebunan sawit sebagai pupuk.
Pabrik pengolah sawit akan merasa terbantu sekali dalam hal penanganan limbah
pabrik jika Solid ini dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada beberapa pabrik
pengolah sawit yang berlokasi di Dharmasraya dan Pasaman Barat, Peternak hanya
perlu membayar ongkos upah muat sekitar Rp.40 - 100,-/kg.
Keuntungan
Pemakaian Solid sebagai Pakan Konsentrat pada ternak sapi antara lain:
·
Kandungan
proteinnya yang mencapai 14% sangat membantu peningkatan produktivitas berat
badan sapi
·
Bernilai
ekonomis, karena hanya membutuhkan biaya Rp. 40 – Rp. 100/kg sebagai upah muat
dari pabrik
·
Sangat
membantu pabrik pengolah sawit dalam hal mengeliminasi dampak limbah yang ditimbulkan
oleh Solid yang menumpuk.
Hasil Pengkajian
Dari
hasil pengkajian oleh Bamualim et al (2011) yang dilaksanakan di Sitiung,
Kabupaten Dharmasraya terhadap 18 ekor Sapi Bali selama 75 hari dengan
perlakuan :
A.
1 kg Lumpur Sawit + 2 kg BIS +5 kg Pelepah
Sawit +15 kg Jerami Fermentasi
B.
2 kg Lumpur Sawit + 1 kg BIS +5 kg Pelepah
Sawit +15 kg Jerami Fermentasi
C.
Sebagai pembading diambil dari pola peternak dengan
komposisi pakan Jerami Fermentasi 15 kg + 5 kg Ampas Tahu + 4 kg Kulit Kakao
fermentasi + 2 kg dedak.
Didapatkan
hasil sebagai berikut :
·
Perlakuan
A terjadi peningkatan berat badan rata-rata 0,47 kg/ekor/hari
·
Perlakuan
B terjadi peningkatan berat badan rata-rata 0,30 kg/ekor/hari
·
Perlakuan
C hanya terjadi peningkatan berat badan rata-rata 0,20 kg/ekor/hari
Dari hasil pengkajian
diatas dapat disimpulkan bahwa ternak sapi yang diberikan perlakuan pakan
dengan suplemen dari Bungkil inti sawit (BIS), Solid dan pelepah sawit sebagai
hijauan memiliki pertumbuhan yang jauh lebih baik dibanding sapi yang diberikan
pakan dari ampas tahu, dedak dan kulit kakao fermentasi.
Selain
itu cara pengaplikasian pakan dari BIS dan Solid ini tidak sulit karena tidak
perlu pengolahan lebih lanjut, dapat diberikan langsung atau dicampurkan dengan
pelepah sawit (hijauan). Sapi yang diberikan perlakuan pakan suplemen dari BIS
dan Solid ini menghasilkan Kompos 2,5 kg/ekor/hari
Bahan Kering, dalam 75 hari telah mengkasilkan 190kg kompos dari satu ekor
sapi, jadi sebanyak 18 ekor sapi menghasilkan 3,5 ton Bahan kering Kompos yang
bernilai ekonomis dan bisa dimanfaatkan kembali untuk memupuk tanaman sawit.
1 komentar:
Apakah saat ini masih tersedia di kota payakumbuh yg menjual BIS tsb pak
Posting Komentar