Jumat, 10 Februari 2012

PEMANFAATAN BUNGKIL INTI SAWIT, SOLID DAN PELEPAH SAWIT SEBAGAI PAKAN SAPI BERKUALITAS


POTENSI PEMANFAATAN PRODUK HASIL IKUTAN PERKEBUNAN SAWIT (BUNGKIL INTI SAWIT, SOLID DAN PELEPAH SAWIT) SEBAGAI BAHAN PAKAN SAPI BERKUALITAS DI SUMATERA BARAT

Jefrey M. Muis 



Propinsi Sumatera Barat memiliki potensi perkebunan sawit yang cukup besar. Saat ini luas perkebunan sawit di Sumbar mencapai 345 ribu Ha yang tersebar di Kabupaten sentra sawit yaitu Pasaman Barat, Dharmasraya, Pesisir Selatan, Agam dan Solok Selatan. Selain itu daerah Sumatera Barat juga menjadi salah satu daerah potensial pengembangan Sapi Potong dalam mendukung Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) 2014. Berdasarkan hasil sensus 2011 jumlah sapi di Sumatera Barat tercatat sebanyak 327.009 ekor. Pemerintah Propinsi Sumatera Barat juga telah mencanangkan Program Satu Petani Satu Sapi (SPSS) dalam rangka menunjang produktivitas sapi potong mendukung swasembada tahun 2014. Oleh karena itu diperlukan sumberdaya penunjang dalam rangka menunjang suksesnya program ini.
Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sampai 70% dan faktor genetik hanya sekitar 30%. Diantara faktor lingkungan tersebut, aspek pakan mempunyai pengaruh paling besar sekitar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun potensi genetik ternak tinggi, namun apabila pemberian pakan tidak memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas, maka produksi yang tinggi tidak akan tercapai (Mathius et al, 2004). Disamping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak, faktor pakan juga menentukan  biaya produksi  dalam usaha. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-80% dari keseluruhan biaya produksi. Pakan utama ternak ruminansia adalah hijauan Tanaman Pakan ternak (TPT) namun hijauan yang diberikan sangat tergantung pada ketersediaan lahan  pakan hijauan. Lahan TPT yang terbatas menyebabkan ketersediaan hijauan  juga yang terbatas. Saat ini harga bahan pakan konsentrat seperti jagung dan kedelai semakin meningkat, oleh karena itu penggunaan bahan pakan alternatif patut dipertimbangkan. Apapun bahan pakan yang akan digunakan, paling tidak harus mempertimbangkan beberapa aspek antara lain ekonomis, ketersediaan, kontinyuitas dan nutrisi. Dari aspek ekonomis, bahan pakan harus tersedia dengan mudah dan harga yang relatif murah.
Melihat potensi perkebunan sawit dengan hasil ikutannya yang cukup melimpah dan dapat dijadikan pakan ternak di Sumatera Barat maka perlu dipertimbangkan diadakannya integrasi ternak sapi dengan tanaman sawit sesuai dengan spesifik lokasinya.
Dalam satu hektar perkebunan sawit biasanya terdapat sebanyak 120-130 batang pohon sawit. Dalam satu batang pohon sawit itu bisa menghasilkan sekitar 20-25 tandan pelepah sawit dalam satu tahun. Sementara itu dari hasil pengolahan sawit pada pabrik pengolahan sawit, dalam satu hertar kebun sawit mampu menghasilkan Lumpur Sawit (Solid) sebanyak 1.132 kg dan Bungkil Inti Sawit (BIS) sebanyak 514 kg (mathius et al, 2004). Ketiga jenis hasil ikutan perkebunan sawit yang baisanya tidak termanfaatkan ini bisa dijadikan sebagai pakan sapi berkualitas tinggi karena kandungan gizinya yang baik.

HASIL IKUTAN TANAMAN SAWIT

1.   Pelepah Sawit (OPF = Oil Palm Fronds)

Kebun kelapa sawit yang sudah produktif mampu memproduksi limbah dari pelepah sawit dalam 1 ha mampu menyediakan pelepah sawit sebanyak 6 – 7 ton/tahun Jadi bila luas lahan sawit 345.000 ha mampu menyediakan pakan ternak sapi kurang lebih sebanyak 1.000.000 ekor.
Pada setiap panen tandan sawit harus membuang pelepah sawitnya, dalam 1 bulan umumnya 2 kali panen, otomatis setiap bulan 1 (satu) batang sawit akan membuang pelepah sawit sebanyak 2 (dua) kali. Produksi pelepah sawit (Fachri, 2006) :
·         Produksi Bahan Kering (BK) = 10,4 ton/ha/tahun.
·         Kebutuhan BK ternak dengan bobot 200 kg = 3 % x 300 kg = 9 kg.
·         Kebutuhan BK selama 1 tahun = 9 kg x 365 hari = 3,285 ton.
·         Jadi tiap ha lahan sawit dapat menjamin kebutuhan sebanyak 10,4 ton : 3,285 ton = 3 Satuan Ternak/tahun
·          Jika hanya boleh diberikan 50 % dari suplai HMT, maka dapat memenuhi kebutuhan 6 ST/ha/tahun.
Pelepah Sawit (OPF) dapat menggantikan fungsi rumput sebagai hijauan karena kandungan gizi yang terdapat pada OPF tidak terlalu jauh beda dengan rumput, namun  untuk tahap awal pemberian sebaiknya pemberian OPF diberikan 50% dari pakan hijauan dan akan lebih baik hasilnya jika didampingkan pemberiannya dengan pakan konsentrat. Dalam hal pemberian OPF dari hasil penelitian sebaiknya OPF dikupas kulit luarnya dan hanya mengambil isinya yang berwarna putih dari dua pertiga bagian ujung pelepah ke tandan karena jika tidak dikupas kulit OPF terasa keras dimakan oleh ternak sapi, namun jika ada mesin chopper  yang mampu menghaluskan ukuran  OPF maka hal itu dapat mempermudah sapi mengkonsumsinya. Perbandingan kandungan nilai gizi OPF dengan rumput dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Perbandingan kandungan nilai gizi OPF dengan Rumput (%) (Fakhri, 2006)
No
Nutrient
OPF
Rumput
1
Bahan Kering (BK)
29,81
24,4
2
Abu
4,48
14,5
3
Protein Kasar (PK)
9,22
8,2
4
Lemak Kasar (LK)
3,34
1,44
5
Serat Kasar (SK)
31,09
31,7
6
BETN
51,87
44,2
7
TDN
58,50
56,2
                
Keuntungan pemberian pelepah sawit  sebagai pengganti hijauan rumput antara lain:
·         Ketersediaan pelepah sawit di daerah perkebunan sawit cukup banyak untuk dijadikan pakan ternak sapi
·         Peternak sapi tidak terlalu sulit dalam hal pencarian pelepah sawit dibanding menyabitkan rumput untuk ternaknya karena pelepah sawit mudah di ambil di kebun sawit terutama saat panen. Satu tandan pelepah sawit yang dikupas  kulitnya bisa mencapai berat 2,2 kg. Sehingga peternak lebih hemat waktu dan tenaganya.
·         Limbah perkebunan sawit berupa pelepah sawit yang biasanya terbuang saat panen bisa termanfaatkan menjadi pakan sapi sehingga areal perkebunan lebih bersih dari pelepah yang biasanya berserakan.


2.   Bungkil inti sawit / BIS  (Palm kernel cake)
Bungkil inti sawit (palm kernel cake) atau BIS merupakan hasil ikutan pada proses pemisahan minyak inti sawit yang diperoleh secara kimiawi (ekstraksi) atau dengan proses fisik (expeller). (BIS) mengandung kadar protein yang cukup tinggi yaitu sekitar 15,73-17,19% (Chong et al., 1998). Kandungan nilai gizi BIS dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Kandungan Gizi Bungkil Inti Sawit (Fapet IPB, 2006)
No.
Jenis analisa
Nilai
1.
Bahan Kering (%)
89.28
2.
Abu (%)
4.69
3.
Protein kasar (%)
17.19
4.
Serat kasar (%)
24.22
5.
Lemak kasar (%)
5.69

Jika dibandingkan dengan jenis pakan konsentrat lain, kandungan protein yang terdapat pada BIS jauh lebih tinggi dibanding Fermentasi Kulit Kakao (9,2%) dan dedak padi (9,8%).  Saat ini di Sumatera Barat masih terbatas jumlah pabrik pengolah sawit yang mempunyai hasil ikutan berupa BIS. Ada beberapa pabrik yang menghasilkan BIS tetapi komoditas tersebut di ekspor keluar negeri sebagai bahan pakan ternak. Untuk memperoleh BIS di Sumatera Barat saat ini baru tersedia untuk dijual sebagai pakan ternak hanya di Kota Payakumbuh yang dijual dengan harga Rp. 1.500/kg. Untuk pembelian dalam jumlah banyak jauh lebih menguntungkan pemakaian BIS ini jika dibanding dengan pemberian dedak sebagai pakan konsentrat karena harga dedak sekitar Rp.2.000/kg di beberapa tempat di Sumatera Barat.
Keuntungan Pemakaian BIS sebagai pakan konsentrat pada ternak sapi antara lain:
·         Kandungan proteinnya yang mencapai 17% sangat membantu peningkatan produktivitas berat badan sapi
·         Cenderung lebih mudah dalam aplikasi pemberian pakan terhadap sapi dan tidak membutuhkan waktu lama bagi sapi dalam penyesuaian proses mengkonsumsinya.
·         Bernilai cukup ekonomis, karena jika dibandingkan dengan dedak, harga BIS masih lebih murah Rp. 500 – 1.000,-/kg
·         Hasil ikutan pemisahan minyak inti sawit yang berupa (BIS) ini dapat termanfaatkan sebagai pakan ternak dan tidak menumpuk menjadi limbah di pabrik.
  

3.    Lumpur Sawit (Solid)

Lumpur Sawit (Solid) merupakan salah satu limbah pengolahan sawit dari sejumlah pabrik pengolahan sawit. Menurut Hidayat et al., (2007) Solid merupakan sumber daya yang cukup potensial sebagai pakan ternak, murah, tersedia dalam jumlah besar dan relatif tersedia sepanjang waktu. Sinurat et al, (2004) menyatakan bahwa kandungan protein kasar  Solid kering sekitar 9,6  – 14, 52%. Kandungan nilai gizi dari Solid dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Kandungan Gizi Lumpur Sawit (Solid) (Fapet IPB, 2006)
No.
Jenis analisa
Nilai
1.
Bahan Kering (%)
86.2
2.
Abu (%)
3,3
3.
Protein kasar (%)
13.2
4.
Serat kasar (%)
48,6
5.
Lemak kasar (%)
5.8

Kandungan nilai gizi Solid dengan BIS tidak jauh beda. Hampir setiap pabrik pengolah sawit di Sumatera Barat ini menghasilkan Solid. Pada pabrik pengolah sawit PT.SBS di Pasaman Barat menghasilkan Solid mencapai 12 ton per hari yang biasanya terbuang / menumpuk di pembuangan limbah pabrik. Biasanya pabrik pengolah sawit hanya membuang Solid ini di area perkebunan sawit sebagai pupuk. Pabrik pengolah sawit akan merasa terbantu sekali dalam hal penanganan limbah pabrik jika Solid ini dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada beberapa pabrik pengolah sawit yang berlokasi di Dharmasraya dan Pasaman Barat, Peternak hanya perlu membayar ongkos upah muat sekitar Rp.40 - 100,-/kg.
Keuntungan Pemakaian Solid sebagai Pakan Konsentrat pada ternak sapi antara lain:
·         Kandungan proteinnya yang mencapai 14% sangat membantu peningkatan produktivitas berat badan sapi
·         Bernilai ekonomis, karena hanya membutuhkan biaya Rp. 40 – Rp. 100/kg sebagai upah muat dari pabrik
·         Sangat membantu pabrik pengolah sawit dalam hal mengeliminasi dampak limbah yang ditimbulkan oleh Solid yang menumpuk.

  
Hasil Pengkajian

Dari hasil pengkajian oleh Bamualim et al (2011) yang dilaksanakan di Sitiung, Kabupaten Dharmasraya terhadap 18 ekor Sapi Bali selama 75 hari dengan perlakuan :
A.    1 kg Lumpur Sawit + 2 kg BIS +5 kg Pelepah Sawit  +15 kg Jerami Fermentasi
B.    2 kg Lumpur Sawit + 1 kg BIS +5 kg Pelepah Sawit  +15 kg Jerami Fermentasi
C.    Sebagai pembading diambil dari pola peternak dengan komposisi pakan Jerami Fermentasi 15 kg + 5 kg Ampas Tahu + 4 kg Kulit Kakao fermentasi + 2 kg dedak.
Didapatkan hasil sebagai berikut :
·         Perlakuan A terjadi peningkatan berat badan rata-rata 0,47 kg/ekor/hari
·         Perlakuan B terjadi peningkatan berat badan rata-rata 0,30 kg/ekor/hari
·         Perlakuan C hanya terjadi peningkatan berat badan rata-rata 0,20 kg/ekor/hari
Dari hasil pengkajian diatas dapat disimpulkan bahwa ternak sapi yang diberikan perlakuan pakan dengan suplemen dari Bungkil inti sawit (BIS), Solid dan pelepah sawit sebagai hijauan memiliki pertumbuhan yang jauh lebih baik dibanding sapi yang diberikan pakan dari ampas tahu, dedak dan kulit kakao fermentasi.
          Selain itu cara pengaplikasian pakan dari BIS dan Solid ini tidak sulit karena tidak perlu pengolahan lebih lanjut, dapat diberikan langsung atau dicampurkan dengan pelepah sawit (hijauan). Sapi yang diberikan perlakuan pakan suplemen dari BIS dan Solid ini menghasilkan Kompos  2,5 kg/ekor/hari Bahan Kering, dalam 75 hari telah mengkasilkan 190kg kompos dari satu ekor sapi, jadi sebanyak 18 ekor sapi menghasilkan 3,5 ton Bahan kering Kompos yang bernilai ekonomis dan bisa dimanfaatkan kembali untuk memupuk tanaman sawit.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Apakah saat ini masih tersedia di kota payakumbuh yg menjual BIS tsb pak